Sejumlah mantan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Sritex) berbondong-bondong mendatangi Toko Koperasi Sri Makmur di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Selasa (4/3). Kedatangan mereka bertujuan untuk menukarkan saldo iuran koperasi mereka dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Hal ini terjadi setelah PT Sritex resmi berhenti beroperasi pada 1 Maret 2025, menyebabkan saldo simpanan karyawan di koperasi tidak bisa dicairkan dalam bentuk tunai.
Alternatif Pencairan Saldo Koperasi
Cahyo (30), salah satu mantan karyawan Sritex yang bekerja di bagian finishing, menjelaskan bahwa setiap karyawan dikenai iuran koperasi sebesar Rp10 ribu per bulan yang dipotong langsung dari gaji mereka. Selama tiga tahun bekerja di Sritex, Cahyo berhasil mengumpulkan saldo sebesar Rp335 ribu. Karena kebutuhan selama bulan Ramadan yang semakin mendesak, ia memutuskan untuk segera menukarkan saldo tersebut dengan barang yang tersedia di toko koperasi.
“Ini mau menukar saldo yang ada di koperasi, kan di sini masih ada barang-barang yang tersisa, bisa diambil. Narik tunai bisa, tapi masih nunggu penjualan (pelelangan) aset Sritex,” ujar Cahyo.
Antrean Panjang di Toko Koperasi
Antrean panjang terlihat di kasir Toko Koperasi Sri Makmur, di mana banyak mantan karyawan lainnya juga ingin menukarkan saldo mereka. Galuh (30), eks karyawan divisi jaminan mutu (QA), turut serta dalam antrean. Ia membawa kardus berisi sejumlah barang kebutuhan pokok. Namun, ia mengaku kecewa karena saldo iuran yang bisa ditukarkan hanya maksimal Rp400 ribu, sementara total simpanannya di koperasi mencapai Rp700 ribu.
“Ambil sabun-sabun, kalau sembako udah habis, telat dapat infonya. Katanya Jumat (28/2) itu udah pada langsung nyerbu ke sini,” ungkap Galuh.
Keputusan Manajemen Sritex
Roni, Kepala Toko Koperasi Sri Makmur, menjelaskan bahwa pihak manajemen Sritex mengizinkan eks karyawan menukarkan saldo iuran dengan barang-barang yang masih tersedia di toko koperasi. Hal ini dilakukan sebagai solusi sementara sembari menunggu penyelesaian proses pelelangan aset perusahaan.
“Teman-teman eks Sritex kan ada yang enggak sabar (menunggu pelelangan), daripada nunggu lama dikasih alternatif ambil barang,” kata Roni.
Ia menambahkan bahwa sejak Jumat (28/2), ratusan mantan karyawan telah datang ke toko untuk menukarkan saldo mereka. Saat ini, stok barang di gudang sudah habis, menyisakan barang-barang yang masih terpajang di display.
Dampak Runtuhnya Sritex
Runtuhnya Sritex turut berdampak pada operasional Koperasi Sri Makmur. Kini, toko koperasi tidak lagi melayani transaksi jual-beli barang maupun simpan-pinjam karena tidak ada lagi karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Saat ini, mereka hanya melayani kebutuhan administrasi bagi mantan karyawan yang memerlukan informasi terkait saldo koperasi mereka.
“Operasional terakhir menunggu nasib Sritex. Walaupun nggak ada barangnya, kita tetap operasional, kita cuma melayani secara administrasi. Misal teman-teman butuh informasi, kita standby,” pungkas Roni.
Dengan kondisi ini, para mantan karyawan Sritex harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka di tengah ketidakpastian nasib simpanan koperasi dan pencairan aset perusahaan.